Guru dan murid merupakan masyarakat ini mewakili golongan terbesar, sebab mayoritas berada di antara posisi pengajar atau pelajar, atau bahkan sedang memerankan fungsi tersebut. Tidak dipungkiri jika bidang ini menjadi kancah paling memungkinkan untuk bertemu, mempengaruhi dan memberi manfaat baik secara individu maupun untuk ummat.
Kendati demikian, engkau temukan bahwa bahasa perasan nyaris terkubur pada diri sebagian orang - orang yang bergabung dalam kancah besar ini. Engkau lihat sebagian pelajar kurang memberi penghargaan kepda gurunya. Engkau dapati sebagian mereka melepaskan lisannya untuk mencaci dan mencela para gurunya, banyak dari mereka yang tidak sopan dalam berinteraksi, tidak mengajukan pertanyaan, tidak menerapkan etika pelajar secara umum, mungkin sering terlambat datang dalam mengikuti pelajaran, atau menyibukkan gurunya dengan pertanyaan - pertanyaan yang hanya dimaksudkan untuk memojokkannya, atau memalingkan wajahnya dari guru saat ia menyampaikan pelaajran, atau sibuk sendiri dengan koran dan buku sementara gurunya mengetahui apa yang sedang ia kerjakan.
Inilah fenomena yang mengesankan bahwa orang yang melakukan perbuatan seperti ini adalah orang yang tidak mengetahui hak -hak ilmu dan tidak beradab dengan pemiliknya. sementara itu dalam waktu yang sama ia merapuhkan ikatan kasih sayang antara guru dan muridnya.
Dipihak lain, engkau temukan beberapa guru yang sangat kasar dan keras di luar batas kewajaran, engkau lihat ia tidak peduli dengan murid - muridnya, ia tidak berbicara dengan mereka kecuali dengan ungkapan - ungkapan mengejek, merendahkan dan kasar.
Seperti yang diceritakan oleh Syaikh Muhammad Thahir bin Absyur tentang beberapa pendidik masa sekarang yang memberikan "pelajaran" kepada anak - anak kecil, dan berbicara kepada mereka dengan nada marah,
"Wahai anak - anak burung tempat sampah,
hasil dari kenistaan, bacalah
Dan kalian tidak membaca kecuali sihir dan kebatilan
semoga Allah bebas dari kalian secepatnya, bukan nanti
(Alaisa as-Shubhu bi Qarib, ibnu Asyur hl. 65)
Bukan ungkapan seperti ini untuk menggiring unta dungu, dan tidak pula seperti ini hubungan antara murid dengan gurunya. Apabila pendidikan berlangsung dengan cara ini, maka apa jadinya potret generasi yang terdidik dengan interaksi yang seperti ini?!!...
Karenanya, alangkah baiknya bagi siswa (pelajar) untuk menghormati dan menghargai para gurunya, sekalipun menurutnya mereka ini belum mumpuni.
Wahai para pelajar, ambillah kebaikan yang ada pada gurumu, lalu tugasmu adalah memberi masukkan, mendo'akan dan memujinya. Jika tidak maka tidak ada sedikitpun hak bagimu untuk mencela dan mengkritiknya.
bersambung....