Apabila Engkau ingin berargumen dalam satu tema maka hendaknya dilakukan dengan penuh ETIKA dan cara terbaik yang jauh dari sikap bersuara keras dan hendak menjatuhkannya.
Apabila gurumu keliru dalam satu hal, dan engkau ingin menunjukkan letak kesalahannya, maka janganlah engkau mengatakan, "Engkau Salah" atau ungkapan sejenisnya, dan janganlah engkau senang dengan kesalahannya akan tetapi pastikan permasalahan itu, dan hendaknya peringatanmu kepadanya dengan ungkapan terindah atau dengan isyarat lembut yang memungkinkan gurumu mengetahui kesalahannya tanpa engkau menyesakkan hatinya.
jagalah adab menuntut ilmu terhadapnya, jangan sampai engkau memotong pembicaraannya atau engkau sibuk sendiri ketika ia memulai pelajarannya.
Jika engkau dapatkan kasih sayang, dan engkau dapatkannya terus menerus maka peliharalah adab berbicara kepada gurumu,
jika ia memulai pembicaraan maka jangan engkau lanjutkan, jika ia menunjukkan hal yang mengagumkan maka kagumlah, jika ia melucu maka tersenyumlah, dan jika ia memberikan kesimpulannya maka tampakkan kegembiraan dan sikap - sikap lain yang memancing kecintaan dan membuang jauh kebosanan dan kekasaran.
Kemudian suatu keniscayaan bagi para guru untuk memperhatikan sisi perasaan yang tulus dan pengaruhnya, agar hubungan mereka dengan murid - muridnya seperti hubungan seorang ayah dengan anaknya.
Wahai guru, jika engkau ingin murid - muridmu menyukaimu maka cintailah mereka. Jika engkau harapkan mereka memperlakukanmu layaknya seorang ayah maka perlakukan mereka layaknya anakmu. karena karakteristik dasar para pelajar adalah mereka mau menyukai orang yang berusaha menyukai mereka, mereka menurut kepada orang yang berbuat baik dan lembut kepada mereka, dan menyambut mereka dengan keceriaan dan senyuman.
Selama pelajar tidak merasakan bahwa gurunya mencintainya dan mengharapkan kebaikan kepadanya maka ia tidak akan bersedia belajar kepadanya, sekalipun ia yakin bahwa kebaikan ada pada gurunya.
KEBAIKAN MANAKAH YANG MUNGKIN DAPAT MENJADI SEMPURNA TANPA ADA CINTA?
Apabila gurumu keliru dalam satu hal, dan engkau ingin menunjukkan letak kesalahannya, maka janganlah engkau mengatakan, "Engkau Salah" atau ungkapan sejenisnya, dan janganlah engkau senang dengan kesalahannya akan tetapi pastikan permasalahan itu, dan hendaknya peringatanmu kepadanya dengan ungkapan terindah atau dengan isyarat lembut yang memungkinkan gurumu mengetahui kesalahannya tanpa engkau menyesakkan hatinya.
jagalah adab menuntut ilmu terhadapnya, jangan sampai engkau memotong pembicaraannya atau engkau sibuk sendiri ketika ia memulai pelajarannya.
Jika engkau dapatkan kasih sayang, dan engkau dapatkannya terus menerus maka peliharalah adab berbicara kepada gurumu,
jika ia memulai pembicaraan maka jangan engkau lanjutkan, jika ia menunjukkan hal yang mengagumkan maka kagumlah, jika ia melucu maka tersenyumlah, dan jika ia memberikan kesimpulannya maka tampakkan kegembiraan dan sikap - sikap lain yang memancing kecintaan dan membuang jauh kebosanan dan kekasaran.
Kemudian suatu keniscayaan bagi para guru untuk memperhatikan sisi perasaan yang tulus dan pengaruhnya, agar hubungan mereka dengan murid - muridnya seperti hubungan seorang ayah dengan anaknya.
Wahai guru, jika engkau ingin murid - muridmu menyukaimu maka cintailah mereka. Jika engkau harapkan mereka memperlakukanmu layaknya seorang ayah maka perlakukan mereka layaknya anakmu. karena karakteristik dasar para pelajar adalah mereka mau menyukai orang yang berusaha menyukai mereka, mereka menurut kepada orang yang berbuat baik dan lembut kepada mereka, dan menyambut mereka dengan keceriaan dan senyuman.
Selama pelajar tidak merasakan bahwa gurunya mencintainya dan mengharapkan kebaikan kepadanya maka ia tidak akan bersedia belajar kepadanya, sekalipun ia yakin bahwa kebaikan ada pada gurunya.
KEBAIKAN MANAKAH YANG MUNGKIN DAPAT MENJADI SEMPURNA TANPA ADA CINTA?