Senin, 10 Februari 2014

banjar_menulisSemua pelajar cerdas harus meyakini 12 prinsip tentang sekolah dan proses belajar, yaitu:
# 1
Tidak ada seorangpun yang dapat mengajari Anda sebaik diri Anda sendiri
# 2
Belajar itu tidak cukup hanya dengan mendengarkan para guru Anda berbicara dan memenuhi segala tugas – tugas yang diberikannya
# 3
Tidak setiap tugas membaca atau bertanya merupakan pendapat subyektif, sehingga bukan segala – galanya.
# 4
Peringkat atau rangking itu hanyalah merupakan pendapat subyektif, sehingga bukan segala – galanya
# 5
Berbuat salah dan sesekali tampak tolol adalah harga yang harus Anda bayar selama belajar dan latihan.
# 6
Maksud sebuah pertanyaan itu adalah untuk supaya Anda berfikir - tidak hanya sesederhana untuk dijawab.
# 7
Sekolah itu adalah tempat Anda untuk belajar memikirkan diri Anda sendiri, bukan hanya untuk mengulang apa yang telah dikatakan guru dan buku - buku teks akademik.
# 8
Mata pelajaran itu tidak selalu tampak menarik dan relevan dengan kebutuhan Anda, namun bersikap aktif terlibat untuk mempelajarinya lebih baik daripada bersikap pasif dan tidak mempelajarinya.
# 9
Sedikit sesuatu yang cenderung sulit, menimbulkan frustasi, atau menakutkan seperti belajar sungguh - sungguh, sudah tidak ada satupun yang sangat menghargai dan memberdayakan.
# 10
Seberapa baik prestasi Anda di sekolah hanya mencerminkan sikap dan metode belajar Anda, bukan menunjukkan kemampuan belajar Anda sesungguhnya.
# 11
Jika Anda mengerjakannya demi peringkat atau demi mendapatkan penghargaan dari yang lain, maka berarti Anda sedang mengharapkan kepuasan dari proses belajar Anda, dan meletakkan harga diri Anda pada rasa belas kasihan terhadap sesuatu di luar kendali Anda.
# 12
Sekolah hanyalah sebuah permainan, tetapi ia merupakan permainan yang sangat penting.
Ya benar, kata-kata yang dilontarkan ayah terlalu kejam dan tak berperikemanusiaan. Walaupun belum tentu kita sendiri bisa menghindari kata-kata seperti ini bila dihadapkan dalam kondisi emosi serupa.

Kesalahan utama yang akan kita kupas dalam hal ini adalah reaksi ayah yang menyerang dan mencerca keburukan pribadi anaknya. Dengan fasihnya ayah menyebut lwan sebagai'anak bandel', juga'anak tak tahu aturan', kemudian 'pencuri' dan perampok'.

Kalimat-kalimat ini menyiratkan bahwa kesalahan-kesalahan itu terjadi akibat keburukan subyek.
Orang memang sering lupa, melakukan kesalahan seperti yang dilakukan ayah lwan ini. Mereka tidak membedakan antara. pribadi si anak dengan perilaku yang ia kerjakan.

Bagaimana seharusnya?

'Pencuri' tentu lain dengan 'mencuri'.
Mereka yang disebut sebagai pencuri adalah mereka yang memang jahat dan mempunyai pekeriaan sebagai pencuri. Tetapi ingat bahwa pencurian tidak hanya bisa dilakukan oleh seorang 'pencuri', tetapi bisa dilakukan oleh seorang anak baik-baik, ketika mungkin satu kali ia sedang khilaf.

Anak ini tidak mencuri terus-menerus yang kemudian pantas disebut pencuri.

Keadaan akan lebih baik jika dalam kasus lwan tersebut ayah bereaksi,
"Wah, kenapa kau lakukan itu? Begitu kau perlukankah uang tersebut?"

Merasa cukup dihargai karena tak langsung dijatuhkan pribadinya, lwan akan berterus terang,
"Tidak terlalu perlu sebetuinya. Aku hanya jengkel pada Teddy." Mungkin, alasan yang dikatakan lwan hanya dibuat-buat untuk membela diri.

Ini wajar dilakukan setiap anak. Akan lebih baik jika orang tua bersikap bijaksana dengan memberikan empati."Oh, kau merasa sudah disakiti? Waiar jika ingin balas dendam."

Secara fitrah, anak yang dihargai dan diberi kepercayaan seperti ini selanjutnya akan lebih terbuka mengungkapkan isi hatinya.
"Ya, Teddy suka mengadu ke bu guru. Dikatakannya saya ini nakal, suka mengganggu dan mencuri."

Ayah bisa memberi komentar,
"Tetapi Nak, jika kejengkelanmu itu kau lampiaskan dengan cara mencuri, sama sekali tak akan memperbaiki keadaan. jika ketahuan justru kau yang rugi dan malu. Walau tak ketahuan pun hanya akan membuatmu terbiasa mencuri hingga besar nanti. Paling-paling kau hanya bisa membuat temanmu jengkel sebentar saja. Ini sama sekali bukan jalan keluar yang baik. Tidak ksatria. Seorang anak yang gagah dan jujur tak semestinya melakukan perbuatan tercela seperti itu."

Nah, dalam kalimat terakhir nasehatnya ayah justru menyebutkan tentang pribadi yang gagah dan jujur.
Betapapun besar kesalahan perilaku itu, jangan sampai mengubah konsep penghargaan orang tua terhadap pribadi anak. Pribadi ini harus dihargai dan dijunjung, untuk selanjutnya diingatkan bahwa pribadi yang seperti ini tak pantas melakukan perbuatan-perbuatan buruk.

Senin, 03 Februari 2014


Harus dibedakan, antara pribadi anak dengan perilakunya.

Kalau perilaku bisa saia salah, tetapi pribadi anak tetap senantiasa baik.

Ayah meletakkan majalah yang sedang dibacanya ketika Iwan datang dengan ragu dan kepala setengah tertunduk. Dengan lesu tangannya menyodorkan selembar kertas kepada ayah sembari bergumam,
"Minta tanda tangan, Yah."

Sedikit mengangkat alis ayah menerima kertas itu dan membacanya.
Dalam lembaran tersebut tertulis dua puluh kalimat yang ditulis angan oleh Iwan, “Saya berjanji tidak akan mencuri uang lagi.”

Sedetik kemudian wajah ayah telah berubah menjadi merah dan sinar matanya menyala garang.
"Ah, anak bandel. Apa lagi yang kau perbuat hari ini? Belum puas-puasnya kau membuat malu ayahmu?"
Yang ditanya hanya diam tertunduk. Ayah meletakkan majalah dengan kasar di meja dan merenggut badan lawn dengan kasar agar mendekat.

"Dasar anak tak tahu aturan! Pencuri! Masih kecil sudah pandai mencuri, jadi apa kau kalau besar nanti? Mau jadi perampok? Memalukan!"

Ya, orang tua mana yang tak malu jika anaknya yang baru duduk di Sekolah Dasar sudah ketahuan dua kali mencuri uang milik temannya?
Itu pula yang menyebabkan ayah wawan menjadi naik pitam dan begitu berang mengetahui kebengalan anaknya. Sepintas, reaksi ayah terasa wajar. La dikuasai emosi, karena begitu kecewa dan marah mengetahui perbuatan buruk lwan.

Akan tetapi, ditinjau dari sisi pendidikan, reaksi ayah ini keliru. Bisa berakibat buruk terhadap anak. Selain tak akan mampu mencegah anak untuk berbuat kesalahan di kali yang lain, juga tak akan menumbuhkan motivasi anak untuk menjadi anak yang baik. Tahukah Anda dimana letak kekeliruan ayah?

Bersambung

Unordered List

Sample Text

Flag Counter
Diberdayakan oleh Blogger.

Verval SP

Japodadik

Sireal

Lapor BOS

Sirkas

Sirkas
Link Sirkas

PUPNS

PUPNS
Link PUPNS

Peta

Haram Merokok

Haram Merokok

e-Formasi

e-Formasi
Link e-Formasi

Daftar Blog Saya

Data Referensi

GIS

PIP

VIP

NISN

Verval PD

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget

Video

ini sumber lhoo