Harus dibedakan, antara pribadi anak dengan perilakunya.
Kalau perilaku bisa saia salah, tetapi pribadi anak tetap senantiasa baik.
Ayah meletakkan majalah yang sedang dibacanya ketika Iwan datang dengan ragu dan kepala setengah tertunduk. Dengan lesu tangannya menyodorkan selembar kertas kepada ayah sembari bergumam,
"Minta tanda tangan, Yah."
"Minta tanda tangan, Yah."
Sedikit mengangkat alis ayah menerima kertas itu dan membacanya.
Dalam lembaran tersebut tertulis dua puluh kalimat yang ditulis angan oleh Iwan, “Saya berjanji tidak akan mencuri uang lagi.”
Sedetik kemudian wajah ayah telah berubah menjadi merah dan sinar matanya menyala garang.
"Ah, anak bandel. Apa lagi yang kau perbuat hari ini? Belum puas-puasnya kau membuat malu ayahmu?"
Yang ditanya hanya diam tertunduk. Ayah meletakkan majalah dengan kasar di meja dan merenggut badan lawn dengan kasar agar mendekat.
"Dasar anak tak tahu aturan! Pencuri! Masih kecil sudah pandai mencuri, jadi apa kau kalau besar nanti? Mau jadi perampok? Memalukan!"
Ya, orang tua mana yang tak malu jika anaknya yang baru duduk di Sekolah Dasar sudah ketahuan dua kali mencuri uang milik temannya?
Itu pula yang menyebabkan ayah wawan menjadi naik pitam dan begitu berang mengetahui kebengalan anaknya. Sepintas, reaksi ayah terasa wajar. La dikuasai emosi, karena begitu kecewa dan marah mengetahui perbuatan buruk lwan.
Akan tetapi, ditinjau dari sisi pendidikan, reaksi ayah ini keliru. Bisa berakibat buruk terhadap anak. Selain tak akan mampu mencegah anak untuk berbuat kesalahan di kali yang lain, juga tak akan menumbuhkan motivasi anak untuk menjadi anak yang baik. Tahukah Anda dimana letak kekeliruan ayah?
Bersambung
Bersambung